Natalia dan Dera
Aku berpijak di rumah ini. Rumahnya masih sama, keadaan ku juga masih sama, perasaan ku juga masih sama. Hanya saja seseorang didalam rumah itu ada yang berbeda. Hilang satu batang hidung. Kalau kata mamanya dia bukan hilang tapi dicuri oleh ......
"Selamat pagi, tante!" Senyumku menghampiri kata salamku kepada seorang wanita yang sedang asyik merangkai bunga-bunga nya di depan taman sudut rumah.
"Eh, selamat pagi cantik ku. Kok kamu kesini nggak bilang-bilang sih. Tau gitu tante kan nggak sekotor ini dan bisa buatin kudapan buat kamu, Ta" Ucap seorang wanita yang bergegas menghampiri ku dan meninggalakn pekerjaan sebelumnya.
"Sudah, tante tidak perlu repot-repot. Nat kesini cuma ingin melihat tante sama om saja. Mau kasih laporan ke Dera kalau mama sama papa nya tersenyum hari ini." ucapkan sambil sedikit menuangkan tawa.
"Wah jadi sekarang kamu adalah kaki tangan Dera ini? Dibayar berapa sama anak tante kamu, Ta? Hahah" tawa wanita itu mulai tertancap di wajahnya.
di lain sudut aku mendengar lembutnya suara kucing yang sepertinya sedang bahagia saat itu. Kudengarkan perahan dan aku menyadari jika kucing itu seperti berada di sekelilingku. Namun, sejak pertama kali aku berpijak di rumah ini, tidak pernah ada suara selembut ini berada disini. Satu lagi keadaan yang berbeda di rumah ini.
"Ayah Dera mulai bergaul dengan kucing-kucing itu semenjak satu-satunya anak perempuan dia pergi. Mas Rat berfikir bahwa, tidak ada masa untuk menjadi seorang ayah. Sama hal nya, tidak ada pula masa untuk terus menjadi seorang pembimbing dan pengasuh. Sekalinya seorang laki-laki sudah menimang bayi yang menangis dalam pelukannya, dari saat itu sampai akhir hanyatnya, ia akan terus menjadi seorang pengasuh dan pembimbing. Inilah yang ayah Dera lakukan saat ini. Ketika bayi perempuannya kini sudah tak dapat lagi ia bimbing dan asuh, dia memilih untuk mengasuh dan membimbing kucing-kucing tersebut. Lucunya, kucing-kkucing tersebut nampak bahagia di dekat Mas Rat. Aku bisa melihat dari suara lembutnya yang selalu keluar ketika Mas Rat berada di dekatnya dan memebrinya makan. Sikap manjanya, sikap nakalnya kucing itu kurang lebih sama saat Mas Rat berhadapan dengan Dera kecil. Alasan tante membiarkan kucing-kucing itu karena Dera dan Mas Rat. Sebagai seorang ibu dan juga seorang istri, ketika salah seorang keluarganya terluka, ketika sudah tidak ada hal yang paling baik yang dapat dilakukan, tante hanya bisa meleburkan rasa ketidaksukaan tante dengan cinta kasih tante sebagai ibu dan juga sebagai seorang istri" raut wajah wanita itu berbalik 180 derajat dari sebelumnya. Namun perkataan itu lebih dari ketulusan seorang istri dan seorang ibu.
"Jadi, sekarang tante sudah mulai terbiasa hidup berdekatan dengan kucing-kucing dan om Rat ya?" Canda ku kepada wanita itu.
"Hahaha. Masih takut sih, Ta. Tapi keberanian tante lebih besar daripada ketakutan tante saat tante mengingat Dera dan Mas Rat seperti itu."
"Tante, Nat boleh meminta satu tangkai bunga itu?" Telunjuk ku mengarah pada setangkai bunga tulip putih yang masih berserakan di pojok taman rumah itu.
"Tulip putih? Ada seorang wanita berkata kepada tante bahwa dibanding mendapat seribu tangkai mawar terindah di dunia, ia lebih senang mendapat setangkai tulip putih."
"Aku akan berkunjung ke makam Dera setelah melihat senyum dari om dan tante. Jadi, pastikan dulu saya melihat senyum dari raut wajah tante dan om ya!" Kata ku sambil menempelkan kedua ibu jari ku pada ujung bibir ibu Natalia dan menraiknya ke atas agar terlihat seperti sebuah senyuman di bibirnya.
"Papaaaaaaaah, coba lihat ke mama dan beri senyuman terganteng papah untuk mamah, untuk Natalia dan juga untuk Dera yang sedang dicuri oleh malaikat di atas sana" Teriak mama Dera kepada papa Dera
Senyumnya sudah kulihat. Laporan ku akan ditanda tangani secara lancar oleh Dera nantinya. Dera diculik oleh malaikat. Namun untuk melihatnya kembali, bukan menanti dia kembali namun, menanti aku yang nantinya akan diculik oleh malaikat pula. Dengan begitu, aku dan persahabatan ku dengan Dera akan bersatu kembali.
"Selamat pagi, tante!" Senyumku menghampiri kata salamku kepada seorang wanita yang sedang asyik merangkai bunga-bunga nya di depan taman sudut rumah.
"Eh, selamat pagi cantik ku. Kok kamu kesini nggak bilang-bilang sih. Tau gitu tante kan nggak sekotor ini dan bisa buatin kudapan buat kamu, Ta" Ucap seorang wanita yang bergegas menghampiri ku dan meninggalakn pekerjaan sebelumnya.
"Sudah, tante tidak perlu repot-repot. Nat kesini cuma ingin melihat tante sama om saja. Mau kasih laporan ke Dera kalau mama sama papa nya tersenyum hari ini." ucapkan sambil sedikit menuangkan tawa.
"Wah jadi sekarang kamu adalah kaki tangan Dera ini? Dibayar berapa sama anak tante kamu, Ta? Hahah" tawa wanita itu mulai tertancap di wajahnya.
di lain sudut aku mendengar lembutnya suara kucing yang sepertinya sedang bahagia saat itu. Kudengarkan perahan dan aku menyadari jika kucing itu seperti berada di sekelilingku. Namun, sejak pertama kali aku berpijak di rumah ini, tidak pernah ada suara selembut ini berada disini. Satu lagi keadaan yang berbeda di rumah ini.
"Ayah Dera mulai bergaul dengan kucing-kucing itu semenjak satu-satunya anak perempuan dia pergi. Mas Rat berfikir bahwa, tidak ada masa untuk menjadi seorang ayah. Sama hal nya, tidak ada pula masa untuk terus menjadi seorang pembimbing dan pengasuh. Sekalinya seorang laki-laki sudah menimang bayi yang menangis dalam pelukannya, dari saat itu sampai akhir hanyatnya, ia akan terus menjadi seorang pengasuh dan pembimbing. Inilah yang ayah Dera lakukan saat ini. Ketika bayi perempuannya kini sudah tak dapat lagi ia bimbing dan asuh, dia memilih untuk mengasuh dan membimbing kucing-kucing tersebut. Lucunya, kucing-kkucing tersebut nampak bahagia di dekat Mas Rat. Aku bisa melihat dari suara lembutnya yang selalu keluar ketika Mas Rat berada di dekatnya dan memebrinya makan. Sikap manjanya, sikap nakalnya kucing itu kurang lebih sama saat Mas Rat berhadapan dengan Dera kecil. Alasan tante membiarkan kucing-kucing itu karena Dera dan Mas Rat. Sebagai seorang ibu dan juga seorang istri, ketika salah seorang keluarganya terluka, ketika sudah tidak ada hal yang paling baik yang dapat dilakukan, tante hanya bisa meleburkan rasa ketidaksukaan tante dengan cinta kasih tante sebagai ibu dan juga sebagai seorang istri" raut wajah wanita itu berbalik 180 derajat dari sebelumnya. Namun perkataan itu lebih dari ketulusan seorang istri dan seorang ibu.
"Jadi, sekarang tante sudah mulai terbiasa hidup berdekatan dengan kucing-kucing dan om Rat ya?" Canda ku kepada wanita itu.
"Hahaha. Masih takut sih, Ta. Tapi keberanian tante lebih besar daripada ketakutan tante saat tante mengingat Dera dan Mas Rat seperti itu."
"Tante, Nat boleh meminta satu tangkai bunga itu?" Telunjuk ku mengarah pada setangkai bunga tulip putih yang masih berserakan di pojok taman rumah itu.
"Tulip putih? Ada seorang wanita berkata kepada tante bahwa dibanding mendapat seribu tangkai mawar terindah di dunia, ia lebih senang mendapat setangkai tulip putih."
"Aku akan berkunjung ke makam Dera setelah melihat senyum dari om dan tante. Jadi, pastikan dulu saya melihat senyum dari raut wajah tante dan om ya!" Kata ku sambil menempelkan kedua ibu jari ku pada ujung bibir ibu Natalia dan menraiknya ke atas agar terlihat seperti sebuah senyuman di bibirnya.
"Papaaaaaaaah, coba lihat ke mama dan beri senyuman terganteng papah untuk mamah, untuk Natalia dan juga untuk Dera yang sedang dicuri oleh malaikat di atas sana" Teriak mama Dera kepada papa Dera
Senyumnya sudah kulihat. Laporan ku akan ditanda tangani secara lancar oleh Dera nantinya. Dera diculik oleh malaikat. Namun untuk melihatnya kembali, bukan menanti dia kembali namun, menanti aku yang nantinya akan diculik oleh malaikat pula. Dengan begitu, aku dan persahabatan ku dengan Dera akan bersatu kembali.
Komentar
Posting Komentar