Abandon

"Pegang tangan ku. Seberapa leganya dirimu untuk hal ini? Seberapa sedihnya  ketika doa mu belum mendapat jawaban? Masih kah kamu takut? Dengan banyak bintang yang bersama kita malam ini. Masih adakah alasan untuk mu tetap takut?" Tiba-tiba terdengar serik suara seorang pria sekitar 20 centimeter di belakang ku. Aku tidak yakin itu siapa, Namun aku rasa itu dia, dia yang..

Kuberanikan diriku untuk menoleh 180 derakat dari arah ku sekarang. Sesak di dadaku masih terasa. Basahnya pipiku masih terasa. Air mataku masih terlihat jelas menghiasi wajah cantik ku. Raga ku masih utuh. Namun jiwaku sudah benar-benar rapuh. Penolakan beberapa ptn yang aku dapati beberapa membuat ku kehilangan kekuatan. Kekuatan ada untuk dirasakan. Aku tau itu. Namun kali ini, kekuatan ada untuk saling melengkapi. Bagiku, hal-hal sesulit ini akan menjadi mudah jika kita bersama. Bersama dengan... Siapapun. 

"Vian!" Kaki ku terasa lumpuh. Tegapku terjatuh tepat 5 centimeter di depan tubuh tegap vian. Wajah tampannya begitu bersinar seperti bintang-bintang yang ada di langit. Kerapuhan ku serasa terobati. Tenaga ku serasa pulih. Semua keraguan ku luntur sekejap. Satu orang saja bisa mengubah dunia ku. Ketika satu hal itu datang, seluruh keajaiban bisa terjadi. Kesulitan-kesilitan tersendiri yang tak ditopang oleh siapapun kini Vian hadir , ikut menopang itu. Bersama-sama

"Aku tidak akan pernah meninggalakan Indonesia. Mungkin aku belajar di luar negeri, tapi tempat ku kemabli juga disini. bersama kamu. iya kamu. berhntilah menangis. genggam tangan ku. wann?"  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perahu Kertas

Mahasiswa Psikologi, Peminatan Apa?

Bunga Jelek Namun Kagak Bisa Mati