20. Irisha
Sambil tertawa terbahak ia memandang wanita di seberangnya
"hahaaa, Irisha? Syapa Irisha? Ah udah nggak penting. Just always been you in here-heart-."20cm tepat sekarang ini aku menapakkan kakiku di belakang wanita itu. Terhalang oleh tembok besar putih di hadapanku. Wajahnya keduanya tak bisa kulihat. Namun suaranya, masih sangat jelas menembus dinding kulit hingga telingaku. Mendengar perkataan itu, sekujur tubuhku rasanya remuk, sudah mau hancur saja. Tak apa, bilangku dalam hati. Dengan santainya, kulangkahkan kaki ku dan kulanjutkan perjalananku yang sempat tersendat hanya karena satu perkataan tidak penting itu. Kusapa pria dan wanita itu, berpura pura tidak tahu dan kuperlihatkan diriku baik baik saja. Kuberikan senyuman palsu di depan mereka dan berlalu di hadapan mereka. Tak lama setelah aku berlalu dari mereka, kaki ku tersendat. Lenganku terasi ditarik oleh tangan di belakang sana. Ya, benar. Lenganku kali ini sudah berada dalam genggaman pria itu tadi. Memandangku sangat dalam, pria itu kemudian berkata
"Maaf. Aku tau jika kamu mendengarnya" suaranya mendesah.Kutatapnya juga, kudekatkan jarak kakiku dengan nya, kesentuh tangan nya lalu ku bisikkan kata tepat 20cm di hadapan wajahnya.
"Tidak perlu minta maaf. Kamu tidak bersalah untuk hal ini. Hanya aku saja yang terlalu rakus akan kehidupan dan kebahagiaan kamu. Aku yang seharusnya meminta maaf"Lelaki tadi memandangku lebih dalam daripada sebelumnya.
"Kamu jauh tidak bersalah, Irisha. So, don't say sorry again. Aku terlalu mudah tenggelam dalam suasana. Lain waktu, tidak akan ku ulangi hal semacam itu. Kan ku tahan diri ku, kan ku tahan cara berperilaku ku, kan ku...."Aku terkikik sesaat. Ku kibaskan rambutku dan menatapnya kembali.
"Sudahlah, jangan menyakiti dirimu sendiri. Saat ini kamu pantas untuk mendapatkan kebahagiaan, termasuk mendapatkan cinta. People's change, Rendy. Aku percaya akan filosofi itu. Dan mungkin sekarang aku merasakannya terlalu dalam. Jika bagiku, hal itu memang cukup kejam. Namun anehnya, melihat perubahan dunia itu tak sekejam melihat perubahan seseorang"Aku berhenti. Kantong air mataku mulai penuh dan nafasku mulai sesak. Rendy masih terdiam kaku di depanku. Perlahan, kelepaskan genggamannya dari pergelangan tangan ku. Memandang Rendy kembali, 20 detik. Setelah itu, aku berlalu di hadapanya, di hadapan wanita itu juga. Tanpa membisikkan apa apa. Hanya suara hentakan dari flat shoes ku saja yang terdengar. Banyak orang berlalu lalang di sekitarku namun rasanya aku tidak berada di sana. Entahlah semua nya terasa sunyi. Sunyi sesak dalam hatiku.
Komentar
Posting Komentar